Sabtu, 12 Januari 2008

Teka-Teki Manajer Persib

TRIBUN -
BELAKANGAN ini sudah cukup banyak spekulasi untuk menebak-nebak siapa manajer Persib Liga Super 2008. Sejumlah nama cukup hangat disebut-sebut sebagai calon manajer Maung Bandung untuk kompetisi mendatang.

Dalam beberapa musim kompetisi, kendali manajemen Persib lebih sering dipegang oleh kalangan birokrat ketimbang kalangan swasta atau profesional. Pendanaan yang sebagian besar masih bergantung pada APBD mungkin menjadi salah satu faktor yang membuat pengelolaan tim seperti Persib selalu dipegang oleh kalangan birokrat.

Beberapa nama seperti Edi Siswadi, Yossi Irianto, Dandan Riza Wardana, Jaja Sutarja, Chandra Solehan, Tri Goestoro, hingga H Mumuh Muhtar sempat disebut-sebut sebagai calon manajer.

Format kompetisi yang berubah dari format Kompetisi Divisi Utama menjadi Liga Super tentu akan memberikan prestise tersendiri bagi kompetisi sepakbola di Indonesia. Kualitas persaingan antartim pun menjadi semakin kuat dengan tim-tim pesaing yang lebih terseleksi.
Siapa pun manajernya tentunya diharapkan dapat membawa tim yang dikelolanya bisa unggul bersaing menjadi tim yang terbaik.

Kalangan bobotoh sendiri tidak mempermasalahkan status seorang manajer. H Mumuh Muhtar, misalnya, tidak terlalu mempermasalahkan apakah manajer itu datang dari kalangan birokrat atau kalangan profesional.

"Yang penting, manajer harus bisa mencari dana anggaran tambahan buat Persib karena anggaran dari APBD kan terbatas," kata Mumuh kepada Tribun beberapa waktu lalu. Mumuh sendiri mengaku menolak dicalonkan menjadi manajer Persib meskipun ada suara dari bobotoh yang menginginkan.

Kriteria lain seorang manajer, menurut Mumuh, adalah harus bisa mengelola tim sesuai dengan jobnya. "Misalnya dia tetap melaksanakan tugasnya mencari dana tambahan klub sedangkan urusan teknis melatih diserahkan kepada pelatih." katanya. (mba)

Antara Birokrat dan Swasta Profesional
SIAPA yang pantas untuk memegang jabatan sebagai manajer Persib di Liga Super mendatang? Jawabannya tentu akan terungkap dalam beberapa hari ke depan. Pertemuan untuk pemilihan manajer dan pelatih ini diagendakan digelar dalam waktu-waktu dekat ini.

Birokrat ataukah kalangan profesional kadang selalu ditafsirkan dalam posisi berbeda. PSSI sendiri telah menentukan berbagai aturan untuk diterapkan dalam musim kompetisi dengan format Liga Super.

Salah satunya adalah setiap tim memiliki manajemen kepengurusan yang profesional, dan wajib membina atau memiliki tim junior dari kategori U-21 dan U-18 tahun.

Bertalian dengan kepengurusan yang profesional itu juga dijelaskan kewajiban klub-klub Liga Super. Pada awal dicetuskannya aturan Liga Super sempat disyaratkan bahwa klub-klub peserta harus mampu "menyewa" seorang manajer yang benar-benar profesional.

Kategori manajer yang profesional ini sebelumnya sempat ditafsirkan adalah orang tersebut bukan berlatar belakang birokrat, misalnya seorang kepala dinas. Dalam konteks ini, klub-klub sah-sah saja mendasarkan keuangannya pada anggaran dari Pemda atau Pemkab. Namun dalam pelaksanaannya klub harus mampu merangkul seorang profesional sehingga pengelolaannya juga akan profesional.

Kriteria lain di samping manajemen kepengurusan yang profesional adalah memiliki home-ground atau stadion sendiri, memiliki home-base atau markas/sekretariat utama, memiliki deposito di bank, mampu mengontrak penuh pemain-pemain yang sepenuhnya bersifat non-amatir, mampu membuat jaminan tersendiri untuk pemain-pemain yang dimilikinya.

Ketentuan lain yang berhak untuk ikut Liga Super masih sama dengan yang ada di Manual Liga, yaitu peringkat 1-9 tiap wilayah, dan mereka juga harus memenuhi persyaratan infrastruktur, legal status, administrasi klub, finansial, dsb.

BLI dan PSSI sudah menetapkan bahwa Liga Super akan dimulai bulan Juli. Namun prasarana dan sarana untuk mengarah sesuai dengan peraturan yang dibuat masih belum sepenuhnya siap. Aturan-aturan tersebut masih mungkin untuk diubah atau disesuaikan kembali. (mba)

Tantangan Menggandeng Sponsor
BANYAK hal yang mesti diurusi oleh seorang manajer. Seringkali masalah klasik, pendanaan hadir dalam pengelolaan klub-klub sepakbola. Sekalipun masih didukung oleh bantuan dari APBD, tak ada jaminan bahwa anggaran dari APBD itu cukup untuk membiayai klub hingga akhir kompetisi.

Sebagai contoh, Persib di Liga 2007 disebut-sebut membutuhkan dana sebesar Rp 26 miliar. Sementara itu, APBD Kota Bandung yang telah disahkan di musim kompetisi 2008 sebesar Rp 15 miliar. Dengan hitung-hitungan kasar, sisa kebutuhan klub di luar APBD tetap masih harus dicari oleh manajemen klub Persib musim depan.

"Cukup banyak perusahaan-perusahaan yang potensial memberikan sponsor. Banyak perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi, produk-produknya saat ini cukup bersaing ketat," ujar Ganjar Nugraha, mantan pemain Persib yang kini bekerja sebagai General Affair PT Telkom.

Ganjar mengatakan, Persib harus bisa mengupayakan agar menggandeng kalangan dunia usaha untuk menjadi sponsor. "Di tim-tim lain saja sudah banyak yang dapat menggandeng beberapa bank di daerahnya. Sriwijaya FC dengan Bank Sumsel, Persipura dengan Bank Papua, Persija dengan Bank DKI, kenapa di Persib tidak bisa?" katanya.

Menggandeng sponsor ini tentu akan menjadi tantangan tersendiri bagi manajer Persib musim depan. Mampu atau tidak untuk dapat merangkul kepercayaan dan menggandeng sponsor.

Tidak ada komentar: