Selasa, 15 Januari 2008

Gilang Jadi Agen Sekaligus Pelatih

LIBUR panjang Liga Indonesia, tak lantas membuat para pemain bertopang dagu. Begitu pun pemain sayap Gilang Angga Kusumah. Selain menjadi pemain, Gilang selalu disibukan dengan kiprahnya sebagai pelatih dan agen pemain pada Turnamen Sepak Bola Yon Zipur 3 Cup.

Keikutsertaan Gilang pada turnamen tahunan ini, telah dimulai sejak ia duduk di bangku kelas dua SMA pada 1996. Empat tahun kemudian, ia mulai memberanikan diri merambah kursi pelatih. Baru pada 2002, Gilang memulai debutnya memainkan tiga peranan, yaitu sebagai pemain, pelatih, dan agen.

Di luar dugaan, pada debutnya itu Gilang sukses membawa klub Putra 11 menjadi juara. Bahkan, kesuksesan itu ia ulangi hingga tiga tahun berturut-turut, walaupun dengan membawa bendera yang berbeda. Pada 2003, ia membawa Ceres menjadi kampiun dan satu tahun kemudian giliran mengantarkan JE ke posisi juara.

Kendati memainkan lebih dari satu peran dalam waktu bersamaan, Gilang mengaku tidak kerepotan. Ia justru sangat menikmati perannya. Oleh karena itu, hingga tahun ini pun ia masih tetap bertahan menjadi pemain, pelatih, sekaligus agen dari turnamen yang berlangsung di Kab. Bandung itu.

"Kalau menjadi pelatih memang cita-cita Gilang dari kecil. Seenggaknya profesi itu yang bakal digeluti kalau sudah pensiun jadi pemain. Kalau masalah agen, mungkin karena Gilang banyak kenal pemain, jadi banyak yang minta tolong dicariin pemain," kata Gilang, Sabtu (12/1).

Beberapa pemain yang sempat dibawanya untuk tampil pada kompetisi Zipur antara lain Edi Hafid, Cucu Hidayat, dll. "Rata-rata semua pemain sepak bola di Bandung, baik yang tampil pada divisi utama, divisi satu, maupun divisi dua, ikut ambil bagian di Zipur. Jadi, turnamen ini udah kayak reuni pemain-pemain Bandung," kata Gilang.

Untuk masalah honor, sebagai pemain divisi utama yang bermain di turnamen itu, ia dan pemain yang dibawanya rata-rata bisa mengantongi Rp 200.000,00 sampai dengan Rp 500.000,00 per pertandingan. Sementara itu, untuk pemain kompetisi intern Persib rata-rata dihargai Rp 100.000,00-Rp 150.000,00 untuk sekali bertanding.

Lain halnya dengan honor sebagai agen. Gilang mengaku, tidak pernah meminta atau mematok harga tertentu. "Saya cuma bawain pemain aja, enggak pernah minta imbalan. Tapi biasanya dari pengurus suka ngasih. Besarnya sih bervariasi, tergantung kemampuan pengurus klub masing-masing," tuturnya.

Bagi Gilang, keberadaannya sebagai pemain gacong, pelatih, hingga agen pada turnamen Zipur, bukan berorientasi pada materi. Ia memandangnya sebagai turnamen selingan yang bisa membantu pemain untuk menjaga agar performanya tidak turun akibat absen terlalu lama dari kompetisi.

"Kalau sebagai pemain, jelas untuk menjaga performa. Kebayang aja kalau selama libur liga enggak ada kompetisi. Jangankan lima bulan, enggak latihan satu minggu aja badan bakal kerasa berat," katanya.

Untuk peran pelatih dijalaninya sebagai latihan menghadapi masa tua. "Saya kan enggak muda terus. Usia pemain waktunya terbatas. Pada usia tertentu harus pensiun karena stamina yang mulai menurun. Turnamen Zipur ini bisa jadi ajang latihan buat saya dalam menapaki kursi pelatih," katanya.

Karena itulah, hingga saat ini Gilang masih betah bermain di turnamen Zipur. Tahun ini ia bergabung dengan tim Pemkot Bandung. Sementara itu, untuk posisi pelatih, ia mengaku belum menentukan tim mana yang akan dilatihnya. "Yang jelas, kemungkinan besar bukan tim Pemda," tuturnya.

Ya, Gilang memang benar, masa kejayaan pemain sepak bola memang terbatas karena usia. Ia cukup jeli menggunakan turnamen Zipur untuk mulai merintis pengalaman guna mengisi hari depannya. Jadi, siapa bilang libur kompetisi tidak baik untuk pemain? (Rika/"PR")

Tidak ada komentar: