Rabu, 16 Januari 2008

Hanya 11 Pelatih Berlisensi A

Menghadapi Kompetisi Liga Super Indonesia, 12 Juli mendatang, stok pelatih Indonesia yang memiliki lisensi A yang diakui AFC sebagai syarat menangani tim di Liga Super sangat minim. Saat ini, berdasarkan data yang ada di PSSI tahun 2006, hanya tercatat 11 pelatih berlisensi A, sedangkan Liga Super akan diikuti 18 tim.

Menurut Direktur Kepelatihan PSSI Yopie Leepel, di luar itu masih ada tiga pelatih yang pernah mengikuti kursus lisensi A tetapi lulus bersyarat karena tes teorinya tidak lulus sedangkan tes praktiknya lulus. Mereka adalah Suimin Diharja, Junaedi, dan Gusnul Yakin.

"Mereka tetap berhak mendapatkan lisensi A, tapi harus ikut lagi tes teori untuk mendapatkan lisensi A secara penuh. Meski belum mendapatkan lisensi A secara penuh, mereka bisa menangani tim untuk Liga Super nanti," ujar Yopie di Kantor Badan Liga Indonesia (BLI) Jakarta, Selasa (15/1).

Dengan terbatasnya pelatih berlisensi A, Yopie mengatakan klub harus mengambil pelatih asing sebagai antisipasi. "Sekarang hanya tercatat 11 pelatih yang memiliki lisensi A, karena tahun 2007 belum ada lagi pelatih yang mengikuti kursus kepelatihan untuk lisensi A. Terakhir PSSI menggelar kursus lisensi A tahun 1997," katanya.

Mengenai lisensi A pro, Yopie mengatakan hal itu salah kaprah karena tidak ada lisensi A pro, yang ada hanya lisensi A dan di atasnya lisensi pro atau profesional. "Yang ngomong ada lisensi A pro itu ngaco, tidak tahu apa-apa. Di Indonesia, pelatih tertinggi hanya lisensi A dan tidak ada yang berlisensi profesional. Jadi, enggak ada itu nama lisensi A pro, ngawur itu," ujar Yopie.

Yopie mencontohkan, beberapa pelatih asing yang menangani klub di Indonesia memiliki lisensi profesional, di antaranya Fandi Ahmad (Singapura) dan Miroslav Janu (Cheska). "Untuk mendapatkan lisensi profesional itu tidak mudah karena harus mengikuti pelatihan selama tiga bulan dengan tempat yang berbeda-beda. Misalnya bulan pertama di Inggris, bulan kedua di Jerman, dan bulan ketiga di Malaysia. Itu sangat melelahkan dan memakan biaya yang besar," ujarnya.

Dikatakan Yopie, ke-11 pelatih berlisensi A ini merupakan pelatih yang selama ini aktif menangani klub. "Mungkin ada pelatih lain yang berlisensi A, tapi dia tidak aktif dalam melatih di klub. Kalau selama empat tahun pelatih tersebut tidak juga menangani tim, otomatis lisensi A dengan sendirinya gugur," ujar Yopie.

Sementara itu, Direktur Badan Liga Indonesia (BLI) Joko Driyono, mengatakan, pelatih berlisensi A menjadi syarat wajib untuk menangani tim di Liga Super nanti. "Ini sudah ketentuan yang mutlak harus diikuti peserta Liga Super, di luar lisensi itu tidak berlaku," kata Joko.

Untuk bisa menangani tim, Joko mengatakan, pelatih lisensi A harus bisa menunjukkan surat lisensinya sebelum menangani klub. Dengan adanya aturan tersebut, beberapa pelatih yang selama ini memiliki prestasi bagus dalam menangani tim, terpaksa tidak bisa menangani tim di Liga Super nanti. Sebut saja seperti Daniel Roekito yang memiliki lisensi S1, Widodo C. Putro (C), Herry Kiswanto (B), Sofyan Hadi (S1), Jaya Hartono (C), Joko Malis (S1), Subangkit (C).

Mengenai Risnandar, Yopie belum mengetahui kalau mantan pelatih Persib ini memiliki lisensi A. "Masa sih dia punya lisensi A. Setahu saya, dia tidak pernah mengikuti kursus kepelatihan untuk lisensi A, karena database di sini juga tidak ada Risnandar berlisensi A. Yang saya tahu, dia pernah mengikuti kursus kepelatihan bersama Suhatman tahun 1985, untuk lisensi S1, pelaksanaannya di Kuningan sini (wilayah Jakarta-red.)," kata Yopie. (PR)

Tidak ada komentar: