Senin, 10 Maret 2008

Emosi Kami Lebih Kental

PERSIB dipandang tidak hanya sebagai tim sepakbola semata. Bagi sebagian orang, tim Maung Bandung sudah dianggap sebagai identitas warga Jawa Barat. Jika sudah seperti ini, hubungannya tak sebatas raga tapi sudah menyentuh jiwa.


Nah, bagaimana Persib di mata anak Walikota dan anak mantan Walikota Bandung yang juga Ketua Umum Persib. Menurut Ida Rosdiana (45), anak kedua mantan Walikota Bandung, Ateng Wahyudi, secara emosional hubungan mereka dengan Persib jauh lebih kental.



Sebagai bobotoh, Ida tak hanya mendukung tim Persibnya, tapi secara pribadi juga mendukung penuh sang ayah yang kebetulan menjabat sebagai Ketua Umum Persib. "Emosi kami jauh lebih kental karena bisa merasakan kepedihan hati ayah kami jika Persib kalah atau justru bisa merasakan kebahagiaan yang tak terhingga jika Persib menang," tutur Ida.



Ibu satu anak ini tak memungkiri jabatan ayahnya sebagai Ketua Umum Persib sangat memengaruhi dirinya untuk lebih mencintai tim Maung Bandung. "Kalau Persib main, terus terang hati kami deg-degan. Maunya Persib menang terus he-he-he," ujar Ida.



Menurut Keukeu Kaniawati (32) anak pertama Walikota Bandung, Dada Rosada, semula ia justru tak mengerti dunia sepakbola. Keukeu baru mengenal sepakbola setelah sedikit demi sedikit menyelami tim Persib.
Perkenalannya dengan Persib mulai terbangun saat Robby Darwis dkk bertanding melawan Petrokimia Putra pada Final Liga Indonesia I di Stadion Utama Senayan, Jakarta, tahun 1995. "Sekarang saya selalu menyempatkan diri menonton Persib di stadion," tutur Keukeu.



Sementara itu, Yanyan Wahdanimar (35), anak mantan Walikota Bandung, Wahyu Hamijaya, mengatakan, meski kini ayahnya tak lagi menjabat sebagai Ketua Umum Persib, hatinya masih tetap "biru". Ibu tiga anak ini mengaku, hingga kini ia masih mengikuti perkembangan tim Persib.



"Sudah lama Persib tidak merebut gelar juara. Saya berharap pada Liga Super nanti Persib bisa jadi juara. Saya bermimpi di Bandung kita bisa menggelar arak-arakan untuk merayakan gelar juara," harapnya.
Persahabatan ketiga ibu muda ini telah berlangsung cukup lama dan hingga kini tetap terjalin dengan mesra. Hubungan di antara mereka berjalan cair dan tidak formal. "Kita suka telepon-teleponan dan biasanya ketemu kalau acara ulang tahun anak," ujar Keukeu. (san)



Tak Berani Tegur Ayah
TAK seperti yang diduga, di rumahnya, Walikota Bandung Dada Rosada ternyata tak pernah ngobrol soal Persib dengan anak-anaknya. Setidaknya, pengakuan ini diungkapkan Keukeu Kaniawati, anak pertama Dada Rosada.
Menurut Keukeu, ayahnya tak pernah membicarakan urusan dinas di rumah. Karena tak dibicarakan di rumah, maka tampaknya soal Persib dianggap oleh orang nomor satu di Kota Bandung ini sebagai urusan dinas.



"Kalau di rumah paling cuma nanya kondisi cucu-cucunya, nggak pernah ngobrol urusan kantor. Kalau soal Persib justru saya yang suka menelepon sekadar mengucapkan selamat kalau Persib menang misalnya," tutur Keukeu.
Ibu dari Zahra Putri dan Zafira Agnia ini mengaku tidak berani menegur ayahnya terkait Persib. Terlebih jika tim kesayangan warga Jawa Barat ini baru saja ditekuk lawan. "Wah, kalau Persib kalah mah, boro-boro berani menegur. Lihat wajahnya aja nggak berani," ujar Keukeu.



Menurut Keukeu, ia bisa merasakan kesedihan di hati ayahnya jika Persib kalah. Sebaliknya, ia pun bisa merasakan kebahagiaan di wajah ayahnya jika Persib menang. "Raut wajah ayah saya itu bisa terlihat kalau ia sedang merasakan sesuatu," ungkap Keukeu. (san)



Bawa Ikan Asin ke Medan - Ida Rosdiana
KARENA lebih senior, tak heran persentuhan Ida Rosdiana dengan Persib telah terjalin lebih dulu dibanding Keukeu dan Yanyan. Emosi wanita yang kini bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) itu melekat seiring dengan naik-turunnya prestasi Persib.



Selama 10 tahun atau dari 1983-1993, sang ayah, Ateng Wahyudi, menjabat sebagai Ketua Umum Persib. Selama sepuluh tahun itu pula, Ida bisa merasakan kebahagiaan dan kesedihan yang dialami ayahnya ketika mengurus Persib.
"Suka dukanya jelas banyak, tapi yang pasti keluarga mendukung penuh tugas Papih sebagai Ketua Umum Persib. Kami senang bisa men-support-nya," tandas Ida.



Menurut Ida, mengurus atlet itu sama seperti mengurus seniman. Keduanya merupakan pribadi yang memiliki sensitivitas yang tinggi. "Pendekatannya tak cukup hanya dengan memberi bonus, tapi yang lebih penting adalah dengan cinta," ujar ibu dari Anindita Kania Dewi ini.



Menurut Ida, kunci kesuksesan Persib di era 80-an adalah kekeluargaan, kebersamaan, dan rasa memiliki. Wanita yang wajahnya sering nongol di salah satu stasiun televisi ini berharap, ketiga kunci sukses itu sekarang bisa diwujudkan lagi.



Ida mengenang ketika Persib bertandang ke Medan melawan PSMS, ayahnya sengaja membawa ikan asin dari Bandung. "Papih bawa ikan asin dan kita semua makan bareng-bareng dan ternyata ikan asin mampu mengalahkan masakan hotel," kenang Ida. (san)



Di Manila Paling Berkesan - Yanyan Wahdanimar
BEGITU tahun 1993 Wahyu Hamijaya, ayahnya, menjadi Walikota Bandung dan menjabat sebagai Ketua Umum Persib, dua tahun kemudian atau pada 1995 Persib untuk pertama kalinya menjadi juara Liga Indonesia I setelah mengalahkan Petrokimia Putra.



Yanyan Wahdanimar, anak Wahyu Hamijaya, merupakan satu di antara lebih dari seratus ribu pasang mata yang menyaksikan laga final mendebarkan itu di Stadion Utama Senayan, Jakarta.
Kemenangan Persib lewat gol tunggal Sutiono Lamso itu merupakan kenangan yang tak terlupakan bagi ibu dari Deyan, Devina, dan Kinanti ini. "Dulu belum ada Jalan Tol Cipularang, jadi semua kendaraan lewan Puncak. Saya menyaksikan sendiri pedagang makanan di Cianjur ludes diborong bobotoh Persib yang merayakan kemenangan," ungkap Yanyan.



Namun, menurut Yanyan, kenangan terindah dirinya dengan Persib justru saat menyaksikan Robby Darwis dkk berlaga di Manila, Filipina, tahun 1995. "Saya sudah lupa nama klub lawannya, tapi yang jelas saat itu Persib mencukur lawannya 7-0 tanpa balas. Ini luar biasa, terlebih kita main di kandang lawan," tutur Yanyan.
Karena saat itu yang menjadi kapten timnya Robby Darwis, hingga kini pun, kata Yanyan, ia masih mengidolakan stoper Persib tersebut. "Badannya gede, striker lawan sulit tembus," ujar Yanyan melukiskan perawakan si Bima.




Sumber : Tribun Jabar

Tidak ada komentar: